Sunday 9 October 2016

Komunikasi Interpersonal dengan Kerabat



Komunikasi Interpersonal dengan Kerabat
A.   Pengertian Kerabat
            Secara umum,  apa yang dimaksud kerabat diungkapkan oleh Robert R Bell (dalam Ihromi, 2004) yaitu :
·         Kerabat dekat (conventional kin)  yang terdiri dari individu yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah,  adopsi atau perkawinan.  Individu yang tergabung dalam karabat dekat adalah orang tua,  anak,  saudara,  mertua,  dan ipar. 
·         Kerabat jauh (discretionary kin)  terdiri dari individu yang terikat dalam keluarga,  adopsi,  dan perkawinan.  Ikatan ini jauh lebih lemah dibandingkan dengan kerabat dekat.  Anggota kerabat jauh sering tidak menyadari adanya hubungan keluarga tersebut.  Biasanya terdiri atas paman,  bibi,  keponakan,  sepupu. 
·         Orang yang dianggap kerabat (fictive kin),  yaitu orang yang dianggap memiliki hubungan khusus,  misalnya hubungan antar teman akrab

B.   Komunikasi Interpersonal Mertua dengan Menantu
"Perseteruan” menantu perempuan dan ibu mertua terjadi di bagian dunia manapun.  Mertua sering distereotypekan negatif.  Bahkan seorang mertua perempuan lebih dianggap sebagai orang yang sangat cerewet. 
Berbagai persoalan menjadi sebab tidak harmonisnya hubungan mertua-menantu.  Di bawah ini beberapa penyebab persoalan seputar mertua dan menantu
1.      Perbedaan Nilai dan Sikap
Hal utama yang sering menimbulkan perdebatan pendapat bahkan pertengkaran antara menantu dan ibu mertua lebih kepada komunikasi yang tidak berjalan mulus
2.      Terlalu Menuntut
Hal lain yang menjadi penyebab pertengkaran adalah keinginan ibu mertua yang berharap agar menantu perempuannya memperlakukan dan memanjakan anak laki-lakinya sebaik dirinya (bahkan ibu mertua biasanya ikut campur dalam urusan cucu
3.      Terlalu Mencampuri Urusan Rumah Tangga Anak
Di sisi lain,  menantu perempuan biasanya tidak suka jika urusan rumah tangganya dicampuri oleh orang lain,  bahkan mertua dan orang tuanya sendiri.
4.      Kurang kematangan pihak-pihak keluarga yang baru
Mertua menganggap bahwa menantu adalah orang lain sedangkan menantu menganggap bahwa mertua adalah orang lain.

C.       Peran Mertua dalam Rumah Tangga
Positif thinking tentang mertua menjadi penting Yakinlah bahwa seorang mertua akan memberikan dampak positif bagi keluarga,  bukan negatif. Berikut pendapat dari Kathleen sebagai bukti kepositifan mertua
1.    Kehadiran mertua secara psikologis ikut menjamin derajat kesenangan dan stabilitas pasangan baru.
2.    Pengalaman dan pengetahuan mertua sangat berharga. 
3.    Memberikan rantai masa silam
4.    Kehadiran mertua akan membantu menumbuhkan kepribadian yang normal dari anak-anak
Selain faktor-faktor tersebut,  tentu mertua memiliki andil yang sangat tinggi terhadap hadirnya rumah tangga. Andil tersebut antara lain persetujuan terhadap pernikahan,  bagian dari dua keluarga yang bertemu dan bersahabat satu dengan lainnya. 

D.      Rusaknya Hubungan Mertua dengan Menantu
Dengan adanya konflik yang berkepanjangan,  ada kemungkinan hubungan mertua menantu menjadi rusak.  Beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya hubungan mertua dan menantu diantaranya :
1.    Faktor budaya
Faktor budaya lebih pada pemahaman yang keliru tentang tanggung jawab orang tua dan anak. 
2.    Faktor ketidakmandirian anak setelah menikah
Kebalikan dari yang pertama,  bahwa dalam hal ini banyak pasangan menikah tetapi masih tinggal di rumah orang tua,  serta secara finansial juga belum mandiri.  Dengan adanya campur tangan ini,  maka tidak salah apabila orang tua masih mencampuri urusan rumah tangga anaknya.
3.    Faktor ketidakmampuan seseorang membangun relasi antar pribadi
Kondisi yang mudah tersinggung, pesimis, negatif thinking, lebih menyebabkan munculnya perselisihan bukan hanya keluarga tetapi juga orang lain.
4.    Faktor kepemilikan
Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama.  Dalam agama Islam, ketika anak perempuan menikah, ia menjadi milik suaminya tetapi jika anak laki-laki menikah, ia tetap milik ibunya.

E.       Komunikasi Interpersonal yang Ideal Antara Mertua Menantu
Ada beberapa tips yang bisa dijadikan acuan manakala ada keinginan untuk memperbaiki hubungan (Kahleen,1999:223-226) :
1.  Bila menjadi seorang mertua
a.    Bersikap jujur dan wajar
Berbicara secara wajar atau berbicara apa adanya justru akan menimbulkan suatu penghargaan bukan kebencian.
b.    Perhatikan hak suami istri dan jangan memaksakan kehendak
Jangan terlalu berambisi untuk masuk dalam urusan rumah tangga anak karena siapa tahu ternyata mereka menjadi terganggu.  Hormatilah privasi mereka sebagai kepala rumah tangga atau ratu rumah tangga.  Selalu peka untuk mengetahui segala keinginan dan tidak memaksakan diri adalah tindakan yang bijaksana dari seorang mertua. 
c.         Tidak menuntutnya
Suatu kebahagiaan dan kepuasan anak,  ketika mertuanya tidak banyak menuntut tetapi memiliki pengertian penuh kepada anaknya. 
d.        Perlakuan yang sama antara anak dan menantu
e.         Tidak mengkritik seseorang di depan orang lain
Lebih baik diajak berbicara secara langsung bagaimana baiknya,  atau peringatkan empat mata,  sehingga yang bersangkutan tidak merasa sakit hati. 
f.         Tidak mencampuri urusan rumah tangga kecuali diminta
Serahkan semuanya kepada Tuhan agar anak diberikan kemudahan dan kebijaksanaan dalam menentukan langkah bagi hidup mereka
g.        Puas dengan kedudukan seorang nenek
Seorang nenek yang bijaksana akan selalu bersikap lemah lembut,  kasih sayang,  ramah dan menerima peranannya sebagai nenek.  Pada kebanyakan budaya,  menganggap seorang nenek adalah manusia istimewa yang sangat sedikit berbuat salah.  Dengan keistimewaannya ini, tidak sedikit cucu-cucu yang lebih merasa dekat dengan kakek neneknya dibandingkan orang tua mereka.
2. Bila menjadi seorang menantu
a.   Mengembangkan sikap optimis
Beralihlah kepada sikap positif,  berpikir positif,  dan perilaku   positif kepada mertua.
b.   Kembangkan sikap memiliki, mengakui, dan menghormati mertua
Terapkan pemahaman agama yang kuat,  bahwa mertua adalah orang tua yang selamanya harus kita anggap sebagai orang tua kandung.  Semua hak dan kewajiban yang melekat dari anak kepada orang tua harus diterapkan pada mertua. 
c.    Menerima mertua sebagai bagian dari keluarga
Mertua bukan orang lain lagi,  tetapi orang tua sebagaimana orang yang melahirkan kita.
d.   Komunikasikan dengan terus terang harapan,  serta keterbatasan
Dengan mengkomunikasikan keterbatasan serta harapan-harapan kita pada orang lain akan menghindarkan salah paham. 
e.  Bila terjadi salah paham,  teruslah mengkomunikasikannya dengan pendekatan pemecahan masalah yang tepat.


F.   Komunikasi Mertua dengan Menantu dalam Perspektif Islam
Beberapa harapan yang bisa membangun keharmonisan komunikasi mertua menantu antara lain :
1.    Harapan menantu kepada mertua
·           Hargailah kemerdekaan rumah tangga kami
·           Berperilaku adil
·           Jangan pengaruhi untuk bercerai
·           Berkahilah anak  
·           Jauhkan anak kami dari yang
·           Bantulah kami mendidik agama anak
·           Bantulah kesejahterahan rumah tangga
·           Doakanlah untuk menjadi orang yang baik
2.    Pesan mertua kepada menantu perempuan
·           Taatlah perintah suamim
·           Layani kebutuhan biologis suamimu dengan baik
·           Bantulah agama suamimu
·           Cegahlah suamimu mencari rizki yang haram
·           Jagalah kehormatan suamimu
·           Jagalah harta suamimu
·           Buatlah suamimu betah di rumah
·           Lapangkanlah hubungan suami dengan saudaranya

No comments :

Post a Comment